Sesuai dengan kebijakan Camat Sedayu, Drs. Fauzan Muarifin, melalui program Nawala Camat Sedayu, salah satu program yang digalakkan adalah program tanam apa yang kita makan dan makan apa yang kita tanam. LPPM UMBY, melalui salah salah satu dosen mudanya, Agus Setiyoko, M.Sc mengadakan pelatihan untuk mengembangkan aneka olahan camilan berbahan dasar sayuran.
Sistem ini menitik beratkan pada pemanfaatan pekarangan rumah/kebun untuk ditanami sayur-sayuran, agar masyarakat tidak tergantung pada kondisi pasar yang harganya fluktuatif dan ketersediaan sayur tidak menentu. Adapun jenis sayuran yang mulai dibudidayakan antara lain, kangkung, bayam, sawi, dan terong. Masyarakat memilih jenis sayuran ini untuk dibudidayakan karena daya tumbuhnya tinggi, umur panen yang pendek serta perawatannya mudah. Kangkung memiliki kandungan serat yang tinggi. Seratus gram kangkung darat mengandung 458 gram kalium dan 49 natrium (Edi dan Yusri, 2009). Kandungan gizi kangkung menurut Aditya (2009) sebagai berikut, energi 29 kal, protein 3 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 5,4 g, zat besi 2,5 mg, vitamin A (SI) 6300, vitamin B 0,07 mg, vitamin C 32 mg, Air 89,7 g.
Lebih lanjut Agus Setiyoko menuturkan selama ini cara pengolahan kangkung yang dilakukan masyarakat dukuh Brongkol dengan cara dibuat olahan sayur sederhana untuk lauk makan. Hal ini mengakibatan terjadinya kejenuhan/kebosanan terutama pada anak-anak usia sekolah, mereka malas makan dan lebih suka jajan/ngemil snack ringan yang beredar di pasaran/kantin sekolah.
Lebih dari 99% anak sekolah jajan di sekolah untuk memenuhi kebutuhan energinya saat berada di sekolah. Namun demikian, hasil pengawasan BPOM tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa 40-44% dari sampel pangan jajanan anak sekolah yang diuji, tidak memenuhi syarat karena penyalahgunaan bahan berbahaya serta cemaran mikroba dan atau bahan tambahan pangan yang melebihi batas. Permasalahan tersebut mengindikasikan kurangnya pengetahuan, kepedulian, atau kesadaran para pembuat, penjual, dan pembeli akan pentingnya keamanan pangan, pentingnya pengawasan orang tua akan makanan jajanan yang dikonsumsi oleh anak-anak (BPOM, 2014).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melakukan diversifikasi olahan sayur kangkung yakni dengan cara dibuat camilan ringan yang sehat dan murah serta disukai oleh anak-anak. “Pentingnya pengetahuan akan dampak posistif dan negatif bahan tambahan pangan, serta peran orang tua dalam mengawasi makanan jajanan anak-anak mutlak diperlukan,” tegas Agus Dosen Fakultas Agroindustri ini.
Oleh karena itu dalam kegiatan pengabdian ini akan dikembangkan produk berbasis sayur kangkung berupa Stick Bakung (Bawang Kangkung) serta pemberian penyuluhan mengenai manfaat dan bahaya bahan tambahan pangan dan bahaya makanan jajanan yang tidak sehat bagi anak-anak kepada ibu-ibu anggota KWT Anggur Dukuh Brongkol sejumlah 25 orang.
Kegiatan pengabdian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2018 diawali dengan penyuluhan dan praktek pengolahan. Dengan adanya pelatihan dan penyuluhan ini diharapkan sayur kangkung mampu menjelma menjadi makanan yang digemari, mempunyai nilai jual yang tinggi serta kaya akan kandungan gizi.